Cara Beternak Kelinci Berorientasi Bisnis
Suhu rata-rata di
Indonesia sangat baik untuk kehidupan kelinci. Karena itu tidak perlu
menyalahkan suhu ketika mendapati kelinci mati atau gagal beternak. Kebersihan
kandang mutlak dilakukan karena kelinci tidak bisa hidup dalam situasi kotor.
Ini adalah prinsip ketika kelinci hidup dibatasi dalam kandang, dipastikan
menuntut perhatian kebersihan yang khusus. Kebanyakan kegagalan peternak
kelinci di Indonesia selain karena pakan yang tidak teratur, juga akibat
perilaku jorok. Perlakuan ”manusiawi” adalah cara terbaik untuk meraih sukses.
Sudah saatnya praktek-praktek diskriminatif terhadap hewan dihentikan. Kelinci
adalah makhluk hidup yang bisa merasakan senang, bahagia, tentram, sekaligus
memiliki perasaan sakit, tertekan dan resah.
Perlakuan terhadap kelinci seperti menyeret kaki atau mengangkat telinga
misalnya, adalah kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan. Syaraf telinga sangat
sensitif. Kelinci bisa jadi stres dan gila jika sering ditarik telinganya.
Kebiasaan buruk di lingkungan kita seperti ini tidak disadari dan akhirnya
menurunkan kesehatan kelinci. Kelinci diharapkan menghasilkan uang yang baik
dengan biaya serendah mungkin. Tapi kelinci di dalam kandang peternakan
“bukanlah barang dagangan”. Ia mahkluk hidup yang harus diurus sesuai standar
kehidupannya, bukan standar uang. Modal dasar kelinci juga harus diperhitungkan
kemampuan dalam memberikan pasokan makanan terhadap kelinci. Prinsipnya,
ekonomis boleh, tapi ekonomisme harus dihindari. Sebagai tambahan, dunia
peternakan tak bisa dipisahkan dari pertanian. Karena itu budidaya kelinci juga
harus melihat aspek lahan. Lingkungan perkotaan, meski mendukung dalam aspek
pemasaran kelinci dan pupuk, tetapi tidak mendukung aspek pakan, utamanya
rumput. Idealnya peternakan mampu mendorong pertanian, demikian pula
sebaliknya. Urin dan feses memiliki nilai guna lebih bagi pertanian. Dengan
pupuk tersebut peternak dapat menanam wortel atau pohon pepaya serta
menyuburkan rumput sumber pakan bergizi buat kelinci. Analisa kesuksesan atau
kegagalan sebuah usaha ternak kelinci di sini dapat dilihat dari sisi internal
peternakan, seperti kualitas kebersihan/kesehatan, produktivitas dan kualitas
kelinci. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kegagalan seperti
ditipu pembeli, kelinci keracunan lalu mati, atau karena faktor lain bukanlah
ukuran yang layak. Mungkin bagi sebagian orang memakan daging kelinci adalah
syubhat (samar) karena perbedaan pandangan/pendapat. Ada yang berpendapat halal
dan ada juga yang berpendapat haram. (ada di antara peserta yang nyletuk : kan
makannya rumput bos). Berikut akan kami nukilkan sebuah hadits shahih
(insyaallah) mengenai hukum makan daging kelinci
Anas bin Malik r.a berkata : Kami kejutkan binatang kelinci (arnab) di Marridh
Dhahran lalu kawan-kawan kamipun memburunya dan merekapun lelah. Kemudian aku
mendapatkannya lalu aku menangkapnya dan aku membawanya kepada abu Thalhah,
maka beliaupun menyembelihnya dan beliau mengirim daging di atas paha atau dua
pahanya kepada Rasulullahsaw menerimanya dan memakannya (HR Bukhari, Muslim)
Mengapa memilih beternak kelinci? pertanyaan yang wajar bagi orang yang belum
mengenal lika-liku bisnis beternak kelinci. Maka dari itu kami bisa memberikan
beberapa alasan agar anda tidak ragu lagi untuk mencoba usaha ini dan semakin
mantap bagi yang telah menekuni bidang ini. Di antara alasan mengapa memilih
beternak kelinci adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan dan perawatannya mudah
2. Tidak membutuhkan lahan yang luas
3. Biaya produksi relatif murah sehingga tidak
membutuhkan modal besar
4. Ternak penghasil daging berkualitas dengan kadar
lemak rendah
5. Ketersediaan pakan yang melimpah, karena mampu
memanfaatkan pakan dari sisa dapur
dan hasil sampingan produk pertanian
6. Termasuk ternak yang prolific, yaitu ternak yang
mampu beranak banyak per kelahiran
7. Hasil sampingannya pun masih bisa dimanfaatkan
Sedikit kami singgung tentang
panca usaha peternakan :
1. Penggunaan bibit unggul
2. perkandangan yang memenuhi syarat
3. pemberian ransum yang tepat (kwantitas dan
kualitas)
4. Pencegahan penyakit
5. Pemasaran hasil atau produk